Definsi Konstruk Dimensi dan Elemen

A.  Definisi Konstruk, Dimensi dan Elemen
Bila konsep ini secara sengaja dan secara sadar dibuat serta dipergunakan untuk tujuan ilmiah, konsep disebut konstruk. “Kecerdasan” adalah “konsep”, tetapi setelah pengertiannya dibatasi secara khusus sehingga dapat diamati dan kecerdasan berubah menjadi konstruk. Dengan kata lain, konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan ukur. Pada umumnya konstruk ini adalah konsep yang bersifat fisik. Sehingga mudah untuk dinilai, mudah untuk diamati, dan mudah untuk diukur dengan menggunakan beberapa alat.
Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Konsep dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar untuk kepentingan ilmiah. Konstruk dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengetiannya (unsur, ciri, dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur.
Suatu konstruk mempunyai sifat yang berlainan. Ada konstruk yang didefinisikan dengan dua sifat salah satunya adalah jenis kelamin, seperti : laki-laki dan perempuan. Lima sikap untuk sikap pada pemerintah : Sangat Suka, Suka, Tidak Tahu, Benci, Sangat Benci. Bila nilai-nilai tertentu kita berikan pada sifat-sifat suatu konstruk. Konstruk itu sekarang menjadi variabel. Pendeknya, variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan. Secara mudahnya variabel yang sudah diberikan penilaian dengan beberapa bilangan sebagai alat ukurnya maka itulah yang dinamakan konstruk.
“Kemiskinan” adalah konsep. Setelah pengertiannya dibatasi menjadi “kondisi penghasilan per bulan di bawah Rp 500.000 ribu, sehingga bisa diamati dan diukur, maka “kemiskinan” dan sebagainya konstruk.  Konsep “sikap terhadap A” dibatasi sebagai nilai  pernyataan verbal terhadap A. Pada analogi diatas dijelaskan kemiskinan merupakan konsep. Jika masih mempunyai istilah kemiskinan maka akan sangat abtraks, fiktif, dan sulit untuk diukur secara akal pikiran. Kemiskinan akan menjadi sebuah konstruk jika diberikan satu alat ukur atau penjelasan untuk bisa mengukurnya. Ukuran kemiskinan itu sangatlah general. Masih belum jelas ukuran kemiskinan dan standarisasi dari kemiskinan itu sendiri. Maka diberikan kalimat penjelas tentang konsep kemiskinan ini. Dalam analogi diatas konsep kemiskinan diukur dengan pendapatan Rp 500.000/bulan. Angka pendapatan inilah yang mendefinisikan sebagai konsep kemiskinan. Jadi, pemahaman tentang konstruk sangat mudah dimengerti jika terdapat alat ukurnya dan dijelaskan kembali dengan bilangannya yang mewakilinya. Mengoprasionalkan, atau secara operasional mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep. Lalu kemudian diterjemahkan kedalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep.
Orang lain bisa menggunakan ukuran yang serupa, sehingga memungkinkan pengulangan atau peniruan (replicability). Tetapi, perlu disadari bahwa semua definisi operasional sangat mungkin (1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen penting yang terjadi karena kelalaian mengenali atau mengonsepkannya, dan (2) menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap relevan.
Mendefinisikan konsep secara operasional adalah cara terbaik untuk mengukurnya. Tetapi, benar-benar mengobservasi dan memperhitungkan seluruh prilaku individu dalam cara tertentu, bahkan jika hal tersebut cukup praktis, akan selalu sulit dilakukan dan memakan waktu. Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu, kita bisa meminta mereka menceritakan pola perilaku mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan yang tepat yang bisa direspon pada sekala tertentu yang telah disusun.
Menilustrasikan cara yang mungkin untuk mengukur variabel terkait dengan wilayah subjektif dari sikap, perasaan dan persepsi orang dengan pertama-tama mendefinisikan konsep secara operasional. Definisi operasional disusun dengan mereduksi konsep dari level abstraksi, dengan menguraikannya kedalam dimensi dan elemen. Dengan menentukan perilaku yang berhubungan dengan sebuah konsep, kita dapat mengukur variabel. Tentu saja, pertanyaan akan mengundang respon pada beberapa skala yang dilekatkan padanya (seperti “sangat sedikit” atau “sangat banyak”). ( Uma, 2006, hal 10 )


Skala Dalam Kuesioner
Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut.  Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
2.      Agar respoden memilih subjek kuesioner.
Ada empat tipe skala dasar, yaitu : nominal, ordinal, interval dan rasio. Tinngkat kerumitan di mana skala di tentukan dengan baik meningkat secara progresif seiring mereka bergerak dari skala nomial ke skala rasio.
·         Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan subjek pada suatu kategori atau kelompok tertentu. Misalnya terkait dengan variabel gender, responden dapat dibagi dalam dua kategori- pria dan wanita. Kedua kelompok tersebut dapat diberi kode nomor 1 dan 2. Nomor btersebut berfungsi sebagai label kategori yang sederhana dan sesuai tanpa nilai instrinsik, daripada menempatkan responden pada satu ata dua kategori yang tidak sama atau saling eksklusif. Perhatian bahwa kategori juga lengkap secara kolektif. Dengan kata lain, tidak ada kategori ketiga dimana responden secaranormal akan termasuk. Jadi skala nominal mengkategorikan individu atau objek ke dalam keompok yang saling eksklusif dan lengkap secara kolektif. Informasi yang dapat dihasilkan dari skala nominal adalah untuk menghitung persentase pria dan wanita dalam sampel responden. Skala nominal memberikan informasi yang bersifat dasar, kategorial dan mentah.
·         Skala Ordinal
Sklaa ordinal tidak hanya mengagrgorikan variabel-variabel untuk menunjukkan perbedaan antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkannya ke dalam beberapa cara. Dengan banyaknya variabel untuk berbagai kategori yang digunakna berdasarkan pilihan, maka digunakanlah skala ordinal. Pi;ihan-pilihan tersebut kemudian di urutkan ( contoh, dari terbaik ke terburuk, dari pertama sampai terakhir ) dan diberi nomor 1, 2 dan seterusnya. Skala ordinal melangkah lebih jauh dari sekedar membedakan kategori untuk memperoleh informasi tentang bagaimana responden membedakan dengan mengurutkan tingkatannya. Tetapi, perhatikan bahwa skala tidak memberi pertunjuk apa pun mengenai besaran perbedaan antartingkatan
·         Skala Interval
Skala interval memungkinkan kita melakukan oprasi aritmatka tertentu terhadap data yang dikumpulkan responden. Skala interval memampukan kita mengukur jarak antatra setiap dua titik pada skala. Hal ini membantu kita untuk menghitung mean dan standar devisiasi respons terhadap variabel. Dengna kata lain, skala nterval tidak hanya mengelompokkan individu menurut kategori tertentu dan menetukan urutan kelompok, namun juga mengukur besaran perbedaan presentasi antarindividu.
·         Skala Rasio
Skala rasio mengatasi kekurangan titik permulaan yang berubah-ubah ada skala interval, yaitu skala rasio memiliki titik nol absolute yang merupakan titik pengukuran yang berarti. Jdi, skala rasio tidak hanya mengukur besaran perbedaan anatartitik pada skala, namun juga menunjukkan proporsi dalam perbedaan. Ini merupakan yang tertinggi di antara keempat skala karena memiliki titik nol ang khas dan mencakup semua sifat dari ketiga skala lainnya. 

Empat skala yang dapat diterapkan pada pengukuran variabel adalah skala nomina, ordinal, interval dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikna obejk atau orang ke dalam kelompok, dan menyediakan informasi yang paling sedikit mengenai variabe. Skala ordinal memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal. Skala interval tidak hnaya mengurutkan, namun juga memberikan kita infomasi besaran perbedaan dalam variabel. Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaran perbedaan tapi juga proporsinya. ( Uma, 2006, hal 15 )

Daftar Pustaka
Uma, sekaran, 2006, Research Methods for Business Metodologi Penelitian unutk Bisnis Edisi 4, Salemba 4 : Jakarta



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kas Kecil

Personal Prounon